Perkembangan teknologi dan juga media memberikan banyak perubahan terhadap dunia jurnalistik, tidak hanya di Indonesia saja namun juga di luar negeri. Saat ini dunia jurnalistik tidak lagi bersifat eksklusif hanya dalam satu media saja, namun bisa tersebar dalam beberapa media online yang berbeda dengan menggabungkan teks, visual dan juga audio ke dalamnya. Inilah yang menjadi titik awal perkembangan jurnalistik multimedia.
Dengan adanya internet, permasalahan terkait tidak memiliki waktu untuk membaca menjadi berkurang karena anda sudah bisa mengakses internet dimana saja dan kapan saja. Orang-orang tidak perlu lagi berlangganan koran atau majalah untuk mendapatkan informasi terkini, belum lagi radio yang sudah jarang didengarkan kecuali sedang terjebak macet (menggunakan mobil). Dengan internet, anda bisa memilih sendiri berita atau informasi apa saja yang ingin anda ketahui. Seiring dengan perkembangan internet dan juga teknologi, pengetahuan pun menjadi lebih mudah untuk didapatkan. Sejak adanya jurnalistik multimedia, masyarakat juga memiliki andil untuk menyebarkan informasi. Media tidak lagi hanya berperan sebagai sumber informasi semata, namun juga memiliki fungsi untuk mengedukasi.
Diantara sekian banyak jenis media multimedia yang ada di internet, adalah salah satu media online yang mengangkat topik feminisme, yaitu Magdalene. Tidak hanya website online saja, namun Magdalene juga memiliki platform lainnya seperti media sosial, youtube dan juga podcast. Topik-topik yang diangkat tidak hanya seputar perempuan saja, namun lebih luas seperti ekualitas gender, gaya hidup, pop-culture dan juga gaya hidup. Sejak tahun 2013, Magdalene telah mendapatkan ribuan pengikut dari berbagai platform. Magdalene muncul karena pendirinya yaitu Hera Diani dan Devi Asmarani merasa resah karena minim sekali ruang yang disediakan oleh media untuk membahas berbagai isu perempuan. Akhirnya muncullah Magdalene sebagai media online karena pengoperasiannya yang jauh lebih mudah daripada harus mengeluarkan versi cetaknya.
Di Indonesia mungkin terdapat Magdalene sebagai majalah online dengan topik-topik feminisme dan LGBTQ+, sedangkan di luar negeri juga ada majalah-majalah sejenis yang mengangkat topik yang sama. Apa saja majalah tersebut? Berikut beberapa diantaranya.
• Deuxième page
Memiliki arti halaman kedua, dengan makna bahwa untuk melihat buku harus melihat lebih dari sampulnya (sebagai halaman pertama), namun harus memahami lebih dari itu, memahami segala sesuatunya secara terbuka dan berpikiran kritis. Majalah yang berdiri tahun 2016 ini memiliki filosofi saling percaya. Mereka akan melakukan kampanye feminisme secara langsung (terlihat langsung). Tulisan yang diangkat majalah ini mengutamakan prinsip kontra terhadap kekerasan, kekuasaan, kompetisi, hierarki dan juga individualisme.
• Friction
Memiliki kantor di Paris, majalah ini dibentuk tahun 2010 dan dikelola oleh 10 orang secara sukarela. Majalah ini khusus membahas topik-topik terkait budaya, seni dan juga musik, ada pula rubrik yang memberikan ulasan terhadap sebuah buku maupun wawancara terhadap seniman-seniman. Kebanyakan tulisan yang dibuat mengangkat tema LGBTQ+ melalui pandangan alternatif.

• Féministo Clic
Majalah ini dibentuk oleh sebuah organisasi feminis Perancis yang bernama feminis Perancis Osez le féminisme! pada tahun 2009 lalu. Organisasi ini cukup besar karena memiliki 25 cabang di Perancis, 1 cabang di Swiss dan 1 cabang di Belgia. Organisasi ini mendorong dihapuskannya pornografi dan prostitusi sebagai salah satu agenda feminisme mereka. Edisi cetak pertama terbit Juni 2009, lalu sejak oktober 2016 majalah ini berubah menjadi majalah online sehingga lebih mudah diakses.