Majalah yang Mengangkat Dukungan Bagi Para Wanita

Majalah yang Mengangkat Dukungan Bagi Para Wanita

Feminisme menjadi gerakan yang telah ada sejak puluhan tahun lalu. Gerakan feminisme mendorong terwujudnya kesetaraan gender dalam banyak aspek, mulai dari aspek politik hingga dalam hidup berkeluarga. Dominasi para pria di tengah budaya patriarkal memang membuat banyak wanita tersudut dan bahkan diremehkan. Karena itu, gerakan feminisme pun muncul dan masih digalakkan sampai sekarang. Awalnya, gagasan dimunculkan di berbagai karya literatur dan terus berkembang di berbagai media. Majalah pun menjadi salah satu upaya yang digunakan untuk menyuarakan kesetaraan gender dan mendorong para wanita di dunia untuk bisa mendapatkan hak dan akses untuk beragam hal.

Ada cukup banyak majalah yang menyampaikan feminisme, dan salah satunya adalah Azeema. Azeema merupakan majalah yang diterbitkan setiap tahun. Fokus utama dari Azeema adalah untuk melakukan konfrontasi berbagai isu feminism dan kesenjangan sosial. Keberagaman pun menjadi topik yang sering dibawakan dan dibahas di tiap konten majalahnya. Kantor pusat dari Azeema berada di London dan diprakarsai oleh Jameela Elfaki. Tema tentang keberagaman memang menjadi pembahasan, terutama untuk mencegah adanya diskriminasi wanita karena warna kulit. Bahkan, topik mengenai kesehatan mental dan seksualitas sering kali menjadi bahan pembahasan untuk meningkatkan kesadaran para wanita yang menjadi target pembacanya. Selain tema-tema tersebut, tulisan tentang budaya pun banyak dimunculkan.

Polyester merupakan majalah feminisme lain yang banyak diminati. Majalahnya sudah mulai diterbitkan sejak 2014. Dengan beragam konten yang dibawakan, Polyester pun telah menjadi salah satu yang paling dikenal dengan dukungan atas feminisme. Ione Gamble adalah sosok yang di balik majalah tersebut. Dia merupakan seorang yang aktif di dunia fashion yang mendukung feminisme. Ranah media dari Polyester pun merambah area lainnya, dan saat ini tengah mulai bergerak di dunia audio dengan meluncurkan podcast. Tema yang dibicarakan di majalah dan podcast berisi tentang kebebasan, kreativitas, dan kesehatan seksual.

Ladybeard bisa pula dijadikan salah satu pilihan untuk majalah dengan tema tentang feminisme. Publikasi yang diberikan dengan tujuan untuk membuat para pembacanya lebih percaya diri dengan situasi yang dialami dan bisa menemukan kebahagiaan di tengah beragam masalah dan kondisi hidupnya. Ada enam orang yang menjadi tokoh utama di balik Ladybeard. Enam wanita tersebut membahas banyak hal untuk mendukung para kaum hawa. Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah tentang seksualitas yang seringkali masih dianggap tabu untuk dibahas dan dibicarakan. Banyak pembaca yang menikmati konten majalahnya untuk tahu dan memperoleh pemahaman lebih baik berkaitan dengan seksualitas. Bacaan-bacaan dan diskusi yang diberikan membantu para wanita untuk bisa memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Bahkan, banyak konten yang mendorong para wanita agar tidak merasa dibatasi dan bisa lebih mengeksplorasi nilai dalam hidupnya.

Galchester menjadi majalah femisme lainnya yang banyak dikenal. Majalah dibuat dengan keprihatinan yang dialami oleh Becky Burgum selaku pendirinya. Becky kecewa dengan kotanya yang berubah dengan dominasi para pria. Galchester pun diterbitkan sebagai upaya untuk mendorong para wanita di kotanya agar tidak didominasi dan bebas dari diskriminasi. Secara khusus, Galchester memang ditujukan hanya untuk pembaca di area Manchester.

Majalah yang Mengangkat Dukungan Bagi Para Wanita

Bitch Magazine pun masuk dalam salah satu majalah dengan tema feminisme. Namanya memang cukup unik dan bahkan berani untuk suatu majalah, apalagi untuk suatu majalah yang ditujukan untuk kaum hawa. Majalahnya sudah mulai dipublikasikan sejak 1996 dengan tujuan awal guna menanggapi budaya pop yang muncul di kala itu. Awal mulanya Bitch hadir dengan cukup sembunyi-sembunyi hingga kemudian dikenal secara luas.

Gerakan yang dihadirkan pun menjadi suatu aksi non-profit yang akhirnya bisa terakses dan dinikmati pembaca secara internasional. Bahkan, aksi yang dibawakan oleh Bitch Magazine akhirnya sampai hingga program kegiatan di kampus-kampus guna menyebarkan woman empowerment. Salah satu daya tarik dari majalah tersebut ada pada pembahasan dan analisis yang menarik pada tema-tema yang sedang panas di masyarakat dalam kaitannya dengan feminisme.

Wear Your Voice adalah suatu majalah feminis yang secara khusus mengangkat hal terkait dengan LGBTQ dan isu terkait ras. Majalahnya dibuat oleh Ravneet Vohra dan Monica Cadena. Ide awalnya adalah untuk mendukung para wanita yang tengah mengalami masalah rasisme dan orang-orang di lingkungan LGBTQ. Lalu, tema-tema tentang pop culture atau budaya populer pun sering menjadi bagian dari pembahasannya dengan tetap menghubungkannya dengan isu rasisme, misalkan terkait warna kulit. Dengan banyaknya hal yang sudah disampaikan di rubrik yang termuat di Wear Your Voice, tentu sudah cukup jelas bahwa salah satu target utama dari majalahnya adalah kaum yang marjinal dan orang-orang yang mengalami isu rasisme terkait warna kulit dan asal-usulnya. Selain dengan majalah, banyak cendera mata hingga kaos yang menjadi salah satu metode untuk mengupayakan dukungan bagi para wanita yang mengalami diskriminasi.

Bust yang hadir sejak 1993 patut mendapatkan perhatian pula. Debbie Stoller, Marcelle Karp, dan Laurie Henzel adalah orang-orang yang memprakarsai munculnya majalah Bust. Selain menjadi majalah untuk menyuarakan dukungan terhadap feminisme, Bust pun diupayakan untuk bisa menjadi alternatif bacaan terkait fashion dan lifestyle bagi para wanita. Konten berupa kritik dan analisis terkait budaya dan isu diskriminasi juga menjadi bagian yang banyak diminati. Masalah seperti kekerasan seksual, tindak pelecehan, dan hal-hal lain yang menimpa para wanita seringkali diangkat untuk menjadi pembahasan yang menarik. Dengan frekuensi terbitnya yang mencapai 6 kali dalam tiap tahunnya, tentu majalah Bust menjadi bacaan yang seru sekaligus efektif untuk menyuarakan gagasan terkait feminisme.

presslola